Wednesday, June 3, 2009

Cinta dalam harapan

Hari ini cuaca mendung, udara pun terasa pengap menggerahkan. Ku lihat bayiku semakin tak nyaman saja dalam gendonganku. Ia mulai merengek saat ku ajak duduk berjubal di dalam microlet sesak penumpang yang akan membawa kami ke Terminal kota.

Aku terpaksa nekad melakukan perjalanan ini, meski Orang Tua sudah mencoba mencegahku untuk menyusul Suamiku yang pulang ke rumahnya di Banyuwangi. Padahal bukan jarak yang dekat untuk ukuran anakku yang masih berumur 14 bulan . Tapi cara itu harus ku tempuh! sebab, ku rasa semakin hari, aku semakin tak punya daya lagi untuk menangguhkan perasaanku sendiri tentang Suamiku.

Panasnya udara hari ini tak lagi ku gubris. Tapi tidak dengan anakku yang mulai menggeliat kegerahan. Ku coba untuk menenangkannya , karna sesaat lagi kami akan tiba di Terminal Induk, yang di mana aku akan oper kendaraan menggunakan Bis Patas jurusan Malang- Banyuwangi.

Alhamdulillah.., Dewi kecilku akhirnya diam dari rengekanya. Aku pun turun dari Microlet sesak itu dengan mencenteng tas bayi berisi popok dan baju bayi. Dan berjalan tenang menuju tempat pembelian tiket.

Tak lama kemudian aku pun sudah berada di atas armada Bus. Sengaja ku pilih Bis yang memenuhi fasilitas AC. Biar mahal sedikit, tapi demi kenyamanan bayiku,aku merasa perlu untuk melakukan hal itu.

Aku mencari tempat duduk yang dekat jendela kaca. Tujuanku agar bayiku bisa terhibur dan tidak rewel bila matanya di manjakan dengan pemandangan luar. Apesnya, tempat duduk yag aku incar itu telah penuh terisi. Akhirnya akupun segera menduduki kursi kosong yang ada di dekatku. Ku lihat ada seorang Laki-laki yang duduk di sebelah. Aku sedikit canggung, tapi tak ada cara lain, karena aku malas utuk berjalan ke depan mencari tempat duduk lagi.

Bis memulai perjalanan...

Ku rasakan anakku mulai haus. Ia mulai rewel lagi.
"Hallo...!" Pria di sebelahku menyapa anakku dengan ucapan say hallo.
"Hai..! " Ku wakili anakku dalam menjawab sapaannya. Dan seketika anakkupun ter tarik memperhatikan Pria itu. Ia mulai terhibur dengan godaan Pria itu dan anakku tertawa kecil saat di sentuh oleh tangan kekar pria itu.

Saat itulah aku melihat Tato bergambar Sang Dewi di punggung tangan pria di sebelahku itu. Dan tanda Tato itulah yang membuat jantungku berdesir hebat. Dan seketika membuat darahku melaju kencang hingga panas dingin ku rasakan menjalar di sekujur tubuhku.
Ku beranikan menatap Wajahnya walau sekilas.
Astaga..! Benar-benar mirip dengan Hery, Lelaki yang pernah berhubungan asmara denganku lewat internet tiga tahun lalu. Jangan-jangan benar Hery adanya?? Ohh Tuhan.. jangan pertemukan aku dengannya di saat situasi seperti ini. Aku tak berdaya...

"Mbak.." Pria itu memanggilku. Aku tergagap, tapi tak berani menatapkan muka dengannya.

"Anakknya nangis, munkin perlu minum" Sambungnya menyadarkanku akan bayiku yang merengek-rengek dan merabakan tangan mungilnya di dadaku. Tapi entah kenapa, aku menjadi sedemikian canggugnya, hingga aku merasa keberatan untuk membuka dadaku sekedar memberi susu pada anakku.

Aku mencoba menenangkan bayiku kembali dengan mengalihkan perhatiannya ke arah luar jendela kaca. Ia mulai agak tenang. Tapi kemudian teringat lagi dengan rasa hausnya, yang sebenarnya aku sendiri sangat tahu akan hal itu. Hanya saja.. , tiba-tiba aku merasa malu untuk meneteki anakku di dalam kendaraan begini. Atau..lebih tepatnya, aku malu pada pria yang duduk di sampingku ini?...

"Mbak, masih netek ya dia?" Tanya Pria itu lagi.

"Iya " Jawabku gagu dengan senyum yang ku paksakan.

"Kalo gitu tetekin aja dulu, Sebaiknya Mbaknya duduk di tempatku ini saja gimana? biar leluasa nyusuin anaknya, ya?!" Katanya kemudian, menawariku menduduki tempat duduknya yang ada di dekat kaca. Dan aku mengangukkan kepala. Lalu Pria itupun beralih ke tempat dudukku.

Akupun segera menyusui bayiku yang dengan lahap menyedot susunya. Aku merasa bersalah membiarkannya beberapa saat dia kehausan. "Maafkan Ibu Nak.." Bisikku dalam hati dan kupandang matanya yang merah karna menangis.

Kulirik Pria itu sedang memalingkan badannya. Aku tahu dia sengaja melakukan itu karna kemungkinan dia bisa membaca ke canggungan sikap malu-malu ku tadi.

Saat itu, aku leluasa memandang punggungnya, rambutnya, dan mencoba menyamakan dengan sosok Hery yang pernah ku kenal dulu di dunia maya. tiga tahun lalu.
Begitulah cara aku dan dia saling mengenal dan melihat sosok masing-masing lewat Webcam di Yahoo Mesengger. Yang kemudian terjalinlah hubungan cinta maya antara aku dan dia. Kami menikmati hubungan indah itu, dan saling berjanji mengarahkan hubungan cinta ini ke jenjang yang sempurna. Di saat kami sedang indah-indahnya menikmati gejolak asmara. Ia sengaja membuat Tato Dewi dengan ilustrasi gambar bibir dan tahi lalat yang tak lain adalah gambaran atas diriku. Dan Tato itu sebagai simbul cintanya padaku.

" Aku akan menempatkan dirimu di hatiku, dan menorehkan namamu di kulitku, agar selamanya selalu bersamaku" Begitulah Hery beralasan saat itu , kala aku menolak tindakannya menTato kulitnya.
***

Aku menarik nafas dalam-dalam. Ku pandangi anakku yang tertidur pulas di pangkuanku. Dan pelan-pelan ku lepas tetekannya. Kemudian dengan hati-hati aku merapikan kembali bajuku.
Lalu ku sentuh pundak Pria di sebelahku itu dengan ujung jariku. Diapun menoleh dan berbalik duduk tegak seperti semula.

"Hei, sudah tidur ya? MasyaAllah.., tadi itu benar2 kehausan kali Mbak " Katanya sambil menatap wajah anakku yang pulas.

"Makasih" Ucapku menjawab ketersimaanya menatap bayi di pangkuanku.

"Ah Trimakasih apaan.." Jawabnya pendek. Ku rasakan sekilas Ia memandang wajahku. Sedangkan aku yang semakin yakin bahwa Pria itu adalah Hery yang pernah ku kenal, maka sedikitpun aku tak berani menatapkan mukaku dengannya.

"Mbak ini asli mana? " Tanyanya memecah diamku.
"Oh saya Kepanjen" Jawabku sengaja tidak menyebut Malang .
"Kepanjen ya? hmm.. dekat nggak ya kira-kira sama Rejo sari?"
"Mmm, agak jauh" Jawabku semakin yakin kalau Pria di sebelahku ini adalah mantan kekasihku dulu. Seorang yang sebenarnya sangat ku rindukan, karna ternyata benih cintaku justru bersemi di saat aku sudah kehilangan kontak dengannya. Apalagi di saat aku sedang tidak bahagia seperti ini, hatiku sering merindukannya. Bahkan tak jarang semua itu sampai terbawa dalam mimpi di tidurku. "Ohh Hery...!" Jeritku dalam hati dan berusaha menguasai diri.

Sejenak kami diam. Dia sendiri menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Ku lihat dia sedikit gelisah.

"Aku mengenal seorang Cewek Malang Mbak, tapi alamatnya hilang. Karna waktu itu aku kena pemutihan di Malaysia yang mengakibatkan aku di deportasi. Saat ketergesaan itulah aku tak memperhitungkan banyak hal. Sedangkan HP dan baju-bajukupun saat itu tertinggal di Mess. Aku pulang hanya bawa paspor dan uang sekali jalan"

Pria itu menjelaskan padaku sambil menerawang. dan aku...? ohh, betapa aku semakin menggigil ketakutan campur aduk tak karuan.

" Terus.." Responku untuk menanggapi ceritanya padaku. Meski aku sendiri sebenarnya sangat terkejut dengan pengakuan itu. Karna dulu ku kira dia sudah melupakan aku , dengan menghilang begitu saja dan tak lagi pernah menghubungiku.

" Ya begitu! sampai setahun aku di rumah dan akhirnya kembali lagi ke Malaysia dengan dokumen Legal. Namun nomor Cewek itu sudah tak bisa lagi ku hubungi . Ahh..! sampai aku balik Indo lagi dua bulan ini. Dan sebenarnya, aku ingin sekali datang ke Malang Mbak! " Pria itu menatapku. Aku segera mengalihkan pandanganku. " Tapi.. , aku dengar dia telah menikah!dan aku urungkan niatku untuk mencarinya, karna takut sampai mengganggu kebahagiaanya? "

Ku lihat Pria itu menarik nafas beratnya....! Benarkah engkau Heryku? yang pernah ku kutuk-kutuk karna menghilang tanpa pesan dulu itu?...

Kalau benar ini dirinya. Ingin ku katakan sekali padanya, bahwa Dewinya sedang berada di sebelahnya. Tapi itu tak mungkin ku katakan!aku masih berusaha untuk tidak yakin kalau pria ini adalah Heryku dulu. Dan ternyata juga, Ia tak cukup mengenali wajahku, tahi lalat dan juga bibirku. Dan itu sangat wajar, karna Dewi yang di kenalnya dulu, adalah dewi yang modis, tidak seperti Dewi yang sekarang terlihat kusam dengan penampilan sederhananya.

"Mas mencintainya?" Pancingku.
"Sangat Mbak! sangat! Baru kali ini aku tidak bisa melupakan seorang cewek Mbak! aku hanya ingin tahu kabarnya saja! kalaupun dia sudah menikah, aku pasti juga turut berbahagia! tapi aku benar-benar ingin tahu sekali bagaimana kabarnya dia sekarang!" Katanya tetap menerawang ke arah atap Bis yang sedang melaju kencang.

Sedangkan aku yang mendengar penuturannya itu, semakin tak sanggup lagi menahan buliran bening yang sejak tadi mengembung di pelupuk mataku. Rasa rindu itu semakin membuncah! tapi aku tak mau dia mengenaliku saat ini. Aku tak ingin Ia melihatku dalam keadaan seperti ini. Keadaan yang sakit karna tersiksa oleh sikap suamiku yang tak punya rasa kasih sayang.

"Mbak..Mbak.." Pria itu memanggilku, dan berusaha memandang wajahku yang ku buang keluar. Sejenak diam kembali merenggut suasana yang tadi baik-baik saja.
Sedetik kemudian ku rasakan sebuah sentuhan di daguku. Jari-jari pria itu membalikkan wajahku dan mengarahkannya ke wajahnya. Aku berusaha menolak, tapi itu hanya bisa ku lakukan dalam hati saja. Sejatinya dalam nyata aku tak sanggup menolak tatapannya.

"Apakah kamu benar Dewi yang sejak tadi ku kira?.hmm..?? aku masih mengenalmu ! dan aku yakin kamu juga masih mengenaliku bukan?" Kata-katanya terucap tertahan.

Aku masih terpaku dalam ke tidak siapan pertemuan ini. Dia terus menatapku, dan semakin deras pula airmataku menjawab tatapanya. Dan akhirnya.. .

"Mas Hery...! maafkan aku ...! maafkan..!" Ucapku lirih.

Tanpa ku duga dia segera membenamkan kepalaku di pelukannya. Tak peduli banyak mata memandang keharuan kami. Tak peduli dengan anakku yang terbangun dan justru tertawa kecil dengan menarik-narik baju Hery yang begitu lama tak juga mau melepaskan aku dari rengkuhannya.

Namun segera aku melepaskan diri dari semua mimpi di kenyataan ini....!

Ku temukan dirimu di saat aku tahu aku akan jauh darimu.
Ku lihat kembali wajah hatimu menatapku di saat hatiku justru sedang berlayar dengan yang lain.
Aku tahu cintaku hanya padamu, dan aku tahu cintamu juga abadi untukku. Dan...
Biarlah waktu yang mengatakan dengan sangat jujur akhir dari semua cerita ini.