Sunday, May 24, 2009

Nasi koper

Perjalanan holiday minggu ini sangat menyedihkan bagiku. Langit tak hentinya mencurahkan "air rahmatnya" ke bumi yang dua bulan ini di landa panas 33 derajat . Bumi yang hampir tak bertanah, karna semua permukaannya terbalut semen. Dan di perutnya tertanam besi-besi penguat beton pencakar langit. Itulah sedikit gambaran negri kecil yang dimana aku terdampar jauh dari negri "gemah ripah loh jinawi" ku. Yacchh! Indonesia adalah negeri unik dengan dua musimnya. Tak panas dan tak dingin.

Hari ini aku sengaja mengunjungi Victoria park. Tamannya orang Indonesia di negri Hongkong yang padat.Di sini lah orang-orang Indonesia bebas bereksperimen. Dari mengeksplor penampilan dengan gaya yang "Keren abiz" sampe mengeksplor talenta dengan belajar dan berniaga. Yachhh! berdagang dengan cara mencuri-curi keamanan dari petugas Polisi yang berjaga di Taman itu. Karna kalau sampai ketahuan dan ketangkap berdagang di luar kontrak kerja di negri ini, maka siapapun itu akan di deportasi.

Aku mengawasi koper-koper kecil yang berjejer di stand "jualan" mereka. Kurang lebih ada sepuluh pedagang menjajakan nasi dengan banyak menu masakan pedas khas jawa. Aku berjalan pelan, sambil menenteng sandal jinjing yang sengaja ku lepas. Dan memilih bertelanjang kaki menapaki jalanan basah nan dingin. Dengan celana panjang hitam yang ku linting untuk menghindari basahnya hujan.

Jujur aku salut pada perjuangan mereka. Hujan-hujan begini tak surut mereka mencari penghasilan sambilan di luar gaji pokok mereka. Aku ingin sekali menikmati nasi dengan sambal goreng pedas dalam wadah kotak plastik yang berjajar rapi pada koper kecil itu. Aku sedikit tercengang melihat cara mereka mensiasati keamanan berjualan yang termasuk melanggar hukum di negri ini.

Dengan menaruh dagangan di dalam koper kecil begitu, maka sewaktu-waktu ada petugas lewat, para pedagang nasi itupun tinggal menutup koper mereka saja dan menutupi koper itu dengan baju, maka Pak Polisi yang galak itu akan mudah terkecohkan. "hmm...cara yang jitu kan?!"

Namun aku tak tega dengan tetesan air hujan yang jatuh di antara sudut payung mereka dan sedikit membasahi sambal goreng yang ingin ku nikmati. Salut dengan usaha mereka. Meski kurang memperhitungkan dari segi kesehatan dalam menjaga sesuatu yang masuk ke dalam perut pembeli.
"Alaaahhhh! perut orang Indonesia mah, tawar! ga mempan apa itu yang namanya lalat dan air hujan!" Begitu kata temanku saat aku enggan untuk membeli makanan itu.

Akhirnya inilah cerita basah di hari liburku. Tak ada yang wah memang, tapi cukup terkesan dengan fenomena saudara sebangsa dan setanah air di perantauan.

1 comment:

halaman waktu said...

hmm... seperti apa ya nasi koper? mirip ga ma nasi kucing, apa nasi uduk, apa nasi jamblang, apa nasi lengko?
sedikit cara menghibur diri dari tajam, kejam,kerasnya hdp di rantau.
perempuan terkadang lebih tangguh dari lelaki..., semoga perempuan2 tangguh ini suatu saat benar2 bisa menikmati hari2 bahagia...yang benar2 bahagia